Jakarta, – Indonesia meraih empat predikat juara di bidang Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (TIK) pada ajang bergengsi World Summit on the Information Society (WSIS) 2019 dari International Telecommunication Union (ITU) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Indonesia, untuk ketiga kalinya sejak 2017, kembali mendapatkan penghargaan tertinggi bidang TIK tersebut di Markas Besar ITU di Jenewa, Swiss, menurut keterangan tertulis dari Perwakilan Tetap RI (PTRI) Jenewa yang diterima di Jakarta, Rabu.

Penghargaan WSIS tahun ini diberikan kepada 18 juara pertama (winner) dan 72 runner up (champion) yang berkompetisi pada 18 kategori yang berbeda. Empat inisiatif TIK Indonesia berhasil meraih penghargaan pada ajang tersebut melalui seleksi yang sangat ketat.

Empat karya TIK Indonesia berhasil menjadi Champions untuk kategori E-Business (Baktiku Pada Petani-Telkomsel), E-Learning (Data Bojonegoro-Relawan TIK Bojonegoro dan Pemkab Bojonegoro), E-Agriculture (Baktiku Negeriku-Telkomsel), dan Media (Bridge the gap between science and society using interesting content on website and social media-Universitas Diponegoro).

Acara penganugerahan WSIS Prize bagi pemenang diselenggarakan pada 9 April 2019 dan diberikan langsung oleh Sekretaris Jenderal ITU, Houlin Zhao, serta turut disaksikan Wakil Tetap RI untuk PBB, WTO dan organisasi lain internasional di Jenewa, Duta Besar Hasan Kleib beserta Delegasi RI yang terdiri dari unsur Kemenkominfo, Kemenlu, dan pelaku industri TIK dari Indonesia (Telkomsel, Relawan TIK, Siberkreasi, dan Saintif-Universitas Diponegoro).

Dubes Hasan Kleib mengharapkan agar pencapaian tersebut dapat menjadi momentum untuk semakin meningkatkan kesadaran pemberdayaan potensi TIK bagi kemajuan seluruh sektor pembangunan nasional yang berdampak langsung pada kepentingan rakyat.

Hasan menegaskan bahwa penghargaan tersebut merupakan pengakuan yang sangat luar biasa dari PBB terkait inovasi Indonesia di bidang TIK. Penghargaan itu juga menunjukkan apresiasi dunia bagi pendekatan multistakeholders yang diterapkan dalam kebijakan TIK nasional.

Kompetisi WSIS mengundang seluruh pemangku kepentingan bidang TIK dari berbagai belahan dunia untuk menyampaikan inisiatif karya yang terbagi atas 18 kategori.

Penghargaan tersebut mengumpulkan dan mengevaluasi usulan dari seluruh dunia mengenai aktivitas industri TIK, baik perangkat keras, jaringan, dan aplikasi melalui proses seleksi yang sangat ketat oleh ITU yang merupakan badan tertinggi PBB pada bidang teknologi dan informasi.

Penentuan pemenang WSIS Prize dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu pendaftaran, penentuan nominator, pemungutan suara secara global, hingga penentuan pemenang oleh para pakar di ITU.

Adapun hal mendasar yang menjadi pertimbangan dalam menentukan pemenang WSIS 2019 adalah relevansi program usulan dengan WSIS Action Lines yang tercantum dalam dokumen Geneva Plan of Action, dampak positif terhadap masyarakat, serta keterkaitan dengan Sasaran Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Rangkaian WSIS 2019 berlangsung pada 8-12 April 2019. Selain menerima penghargaan WSIS Prize 2019, Indonesia juga berkesempatan menyelenggarakan lokakarya “Multi-stakeholder Approach in Combatting Hoax and Disinformation in the Digital Age” pada 8 April 2019 di Markas Besar ITU yang dihadiri hampir 100 peserta WSIS.

Lokakarya itu menghadirkan para panelis dari latar belakang pemerintah, organisasi nirlaba, inisiatif masyarakat sipil, dan sektor swasta internasional untuk membahas tantangan bagi demokrasi di era ketika media sosial menjadi santapan sehari-hari masyarakat. (Ant)