SAHABAT RAKYAT, Jakarta – Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti mengungkapkan kekhawatirannya terhadap potensi penurunan nilai transaksi ritel di Indonesia yang dipicu oleh perubahan signifikan dalam pola konsumsi masyarakat. Ia memprediksi, sektor ini akan mengalami penurunan transaksi sebesar 5 hingga 8 persen dalam waktu dekat.
“Nilai transaksi ritel diperkirakan menurun 5 hingga 8 persen, tapi itu semua dikarenakan kecenderungan konsumen untuk memilih produk sejenis dengan harga terjangkau, adanya pergeseran pola belanja, hingga mengutamakan perjalanan dan pengalaman belanja langsung,” ujar Roro saat ditemui di Jakarta, Rabu (23/4).
Meski begitu, Roro menegaskan bahwa sektor ritel tetap memiliki potensi besar untuk berkembang, selama pelaku usaha mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan tersebut, termasuk memanfaatkan kemajuan teknologi dan tetap menghadirkan pengalaman belanja yang menyenangkan.
“Offline experience masih relevan di tengah gempuran teknologi. Penting bagi pelaku usaha untuk tetap adaptif dan memberikan pengalaman berbelanja yang berkesan agar masyarakat tertarik datang langsung,” katanya. Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa perekonomian Indonesia yang cukup stabil serta dominasi generasi muda dan usia produktif dalam struktur demografi memberikan sinyal positif bagi masa depan sektor ritel.
“Sektor ritel di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Dengan jumlah penduduk 284 juta jiwa dan mayoritas berada di usia produktif, ini menjadi market dalam negeri yang luar biasa,” ungkap Roro.
Ia pun menekankan pentingnya inovasi dan respons cepat dari pelaku usaha ritel untuk bisa menjawab tantangan zaman, terutama menghadapi konsumen yang semakin melek teknologi.
“Pelaku usaha harus terus mencari langkah strategis agar bisa berjalan selaras dengan kebutuhan pasar. Generasi saat ini sudah digital-savvy, dan ini harus menjadi perhatian serius bagi sektor ritel,” pungkasnya. (**)