SAHABAT RAKYAT, Jakarta – Di antara banyaknya nama, Rumah Makan (RM) Padang Sederhana menjadi salah satu yang paling ikonik dan dikenal luas. Di balik kesuksesan jaringan restoran ini, ada sosok sederhana namun penuh semangat, Haji Bustaman.

Haji Bustaman lahir pada 11 September 1942 di Lintau Buo, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Ia kehilangan ibunya di usia enam tahun dan hanya mengenyam pendidikan hingga kelas dua Sekolah Rakyat (setara SD). Kondisi ekonomi keluarga membuatnya harus cepat dewasa dan memutuskan merantau untuk memperbaiki nasib.

Perjalanan perantauan Bustaman dimulai dari Jambi, lalu berlanjut ke Jakarta. Ia menjalani berbagai pekerjaan serabutan seperti menjadi pedagang koran, bekerja di kebun karet, menjadi kernet, pedagang asongan, hingga tukang cuci piring di sebuah rumah makan Padang yang bernama “Sederhana”.

Pada awal 1970-an, setelah menikah, Bustaman pindah ke Jakarta dan sempat berjualan rokok dengan gerobak. Namun karena berbagai kendala, ia memutuskan untuk banting setir dan mencoba peruntungan di bidang kuliner. Berbekal pengalaman di dapur rumah makan dan semangat pantang menyerah, ia membuka warung makan kecil di Bendungan Hilir dengan hanya menyewa lahan 1×1 meter.

Langkah awal membuka rumah makan tak selalu berjalan mulus. Ia pernah ditipu oleh karyawan yang membawa kabur keuntungan warungnya. Tapi kegagalan tersebut tidak membuatnya menyerah. Justru dari titik rendah itulah, ia bangkit dan membangun kembali dengan sisa modal yang ada.

Usaha kecilnya mulai dikenal, terutama di kalangan pekerja kantoran yang mencari makan siang enak dan terjangkau. Nama “Sederhana” pun dipilih sebagai nama rumah makan, terinspirasi dari tempat ia dulu bekerja dan karena nama tersebut mudah diingat.

Seiring waktu, masakan racikan Bustaman yang disesuaikan dengan selera masyarakat Jakarta, termasuk mengurangi tingkat kepedasan. Menu seperti Ayam Pop menjadi favorit. Demi menjaga konsistensi rasa, ia menerapkan sistem dapur pusat yang memasok bumbu ke berbagai cabang, serta standarisasi resep dan manajemen yang rapi.

Pada 1997, Bustaman resmi mematenkan merek dagang “Sederhana” dan mulai membangun sistem waralaba. Tak lama kemudian, bisnisnya berkembang pesat. Tidak hanya di seluruh Indonesia, tetapi juga merambah ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura, dan Timur Tengah. Untuk melindungi hak mereknya, ia mendirikan PT Sederhana Abadanmitra pada tahun 2000, setelah sempat mengalami sengketa nama dagang dengan rekan bisnisnya.

Meski kini RM Padang Sederhana memiliki lebih dari 200 cabang, gaya hidup Haji Bustaman tetap sederhana. Ia memilih tinggal di kawasan Bintaro, Jakarta, menikmati masa tua dengan tenang. Kisah hidupnya yang penuh pelajaran telah diabadikan dalam buku berjudul “Kisah Hidup Haji Bustamam Pendiri Restoran Sederhana.” (Red)