Jakarta – Politeknik ATI Makassar di bawah Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tahun ini menghasilkan 99 lulusan Diploma 1 (D1) Program Studi Teknik Kimia yang siap memenuhi permintaan PT Petrokimia Gresik.

“Agar produktivitas dan daya saing industri petrokimia kita semakin meningkat, yang perlu dilakukan antara lain adalah pembangunan kualitas SDM di sektor tersebut sesuai perkembangan sekarang di era industri 4.0,” kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemenperin Haris Munandar melalui keterangannya di Gresik, Jawa Timur, Senin.

Menurut dia, program strategis untuk menyuplai tenaga kerja kompeten tersebut merupakan hasil kerja sama antara PT Petrokimia Gresik dengan Pusdiklat Industri dan Politeknik ATI Makassar.

“Kami berharap, program semacam ini dapat dilanjutkan dan ditingkatkan lagi. Selain itu bisa menjadi contoh untuk sektor lain dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang terampil,” tuturnya.

Sekjen menegaskan, pihaknya tengah fokus membangun SDM industri yang kompeten sesuai program prioritas pemerintah saat ini dan wujud implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0.

Beberapa upaya yang telah dilakukan Kemenperin, di antaranya menyelenggarakan pendidikan vokasi industri berbasis kompetensi yang link and match dengan industri.

“Saat ini kami memiliki sembilan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), 10 Politeknik dan 2 Akademi Komunitas yang semua lulusannya terserap bekerja di industri,” ungkapnya.

Kemenperin juga akan membangun Politeknik atau Akademi Komunitas di kawasan industri dan wilayah pusat pertumbuhan industri.

“Mulai tahun depan misalnya, kami akan memfasilitasi pembangunan Politeknik Industri Petrokimia di Banten sebagai upaya memenuhi permintaan tenaga kerja di sektor industri petrokimia, yang setiap tahunnya dibutuhkan 500 orang tenaga kerja baru pada jenjang Diploma 3 (D3),” paparnya.

Di samping itu, Kemenperin menggulirkan program pendidikan vokasi yang link and match antara SMK dengan industri. Dalam progm ini, Kemenperin telah menggandeng sebanyak 609 industri dan 1.753 SMK.

Kegiatan ini akan terus digulirkan di berbagai wilayah Indonesia untuk mendukung target dalam menciptakan satu juta tenaga kerja yang tersertfikasi pada tahun 2019.

Pada kesempatan tersebut, Sekjen mengapresiasi kepada PT Petrokimia Gresik yang telah terlibat dalam program vokasi yang diinisiasi oleh Kemeperin. Misalnya aktif melakukan pembinaan SMK di wilayah Jawa Timur dengan menerima program magang guru SMK selama satu bulan sebanyak 300 orang. Selain itu pelaksanaan program praktik kerja industri bagi siswa SMK selama enam bulan untuk 150 orang.

“Kami juga terus menyelenggarakan pelatihan dengan sistem 3 in 1 (pelatihan, sertifikasi kompetensi, dan penempatan kerja) untuk semua sektor industri. Pada tahun 2019, kami akan memberikan pelatihan 3 in 1 kepada 72.000 orang,” ujarnya.

Kemenperin pun menjalankan program sertifikasi kompetensi bagi tenaga kerja industri sehingga mereka bisa kompetitif di pasar dalam maupun luar negeri.

Haris menyampaikan, sesuai penerapan peta jalan Making Indonesia 4.0, pemerintah sedang fokus memberikan prioritas dalam pengembangan industri kimia agar siap menjadi pionir untuk memasuki era industri 4.0.

“Jadi, industri petrokimia yang merupakan sektor padat modal, padat teknologi dan lahap energi, pengembangannya juga perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Tujuannya supaya lebih berkontribusi signifikan bagi ekonomi dan berdaya saing di kancah global,” jelasnya.

Kemenperin mencatat, industri petrokimia sebagai bagian dari industri kimia memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian nasional, antara lain tercermin sebagai penghasil devisa negara melalui nilai ekspor sebesar 1,12 miliar dollar AS sampai dengan triwulan III tahun 2018 atau naik 4,46 persen dibanding capaian tahun 2017.

Sektor ini telah menyerap tenaga kerja sebanyak 554,5 ribu orang.

“Industri petrokimia memiliki peranan strategis dalam proses industrialisasi karena industri ini sebagai salah satu sektor hulu yang menyediakan bahan baku untuk banyak sektor hilir sehingga keberlanjutan pembangunan industri petrokimia sangat penting bagi aktivitas perekonomian,” ujar Haris. (Ant)