Oleh: Laila Nuranna
(Divisi Onkologi Ginekologi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI-RSCM)

Apa yang terbesit dalam pikiran Anda jika mendengar kata “cuka”? Bisa saya tebak, pikiran Anda akan tertuju pada aneka makanan bernuansa asam yang tentunya sangat menggoda selera bukan? Namun pernahkah Anda memikirkan bahwa cuka ini mampu bermanfaat lebih dibanding hanya sekedar penambah cita rasa hingga mampu menyelamatkan jiwa perempuan.

Tulisan ini berupaya untuk menguraikan sisi lain kegunaan cuka yang belum banyak dikenal masyarakat di bidang kesehatan. Cuka dalam perkembangan ilmu dan teknologi saat ini, telah digunakan dalam dunia medis sebagai bahan untuk deteksi dini adanya tanda yang mengarah menuju kanker serviks yang disebut dengan tahap lesi pra kanker serviks (adanya infeksi yang kemudian hari mengarah ke kanker serviks). Oleh karena itulah, program ini disebut sebagai deteksi dini kanker serviks.

Setiap perempuan berisiko terkena kanker serviks terutama bagi mereka yang telah menikah tepatnya telah beraktivitas seksual. Adapun faktor-faktor risiko lain yang dapat meningkatkan kejadian kanker serviks adalah berganti-ganti pasangan, merokok, infeksi menular seksual, dan kekurangan vitamin A/C/E. Dan untuk itu, sudah semestinya seluruh perempuan di Indonesia yang telah menikah melakukan deteksi dini berkala untuk menurunkan angka kejadian kanker serviks.

Cara penggunaan cuka untuk mendeteksi tanda lesi pra kanker dengan mengoleskan larutan cuka yang diencerkan ke leher rahim (serviks), ditunggu efeknya selama satu menit. Jika terdapat sel abnormal akan ada perubahan warna menjadi plak putih. Hal ini terjadi karena cuka merupakan cairan yang mampu menyerap cairan keluar sel sehingga yang tersisa adalah inti selnya. Pada jaringan normal, inti sel tersebut masih dalam kondisi teratur dan renggang sehingga cahaya tidak dipantulkan saat melihat leher rahim (warna akan terlihat sama saat sebelum dan sesudah pengolesan). Namun sebaliknya, sel abnormal melakukan pembelahan sel secara cepat dan menjadikan inti sel membesar dan memadat sehingga inti sel tersebut membuat cahaya tidak dapat menembus lapisan leher rahim dan membentuk plak putih pada tampilan sel abnormal tersebut. Disinilah kunci ditemukan tampilan adanya sel abnormal serviks dengan menggunakan mata telanjang berupa plak putih yang muncul sesudah pengolesan larutan cuka.

Cuka yang digunakan berkonsentrasi 3-5% ( 1⁄7 – 1⁄5 ) dari konsentrasi cuka yang beredar dipasaran yaitu 25%. Cara pengencerannya pun relatif mudah dengan mencampurkan antara cuka dengan air steril sesuai dengan pengenceran yang dituju. Tidak hanya itu, hasil pemeriksaan dapat diketahui langsung sesudah pengolesan cuka sehingga memudahkan para pemeriksa untuk menjelaskan hasil langsung kepada klien (dalam satu masa kunjungan).

Proses pemeriksaan dengan menggunakan cuka ini dikenal dengan sebutan tes IVA (Inspeksi Visual dengan Asam asetat). Inspeksi berarti “melihat”, visual berarti ”mata” dan asam asetat adalah nama lain “asam cuka”. Bagi masyarakat awam untuk memudahkan mengingat, kami pun kerap menyebut IVA dengan kepanjangan Ingat Vagina Anda.

Pemeriksaan ini telah banyak digunakan para ahli dikarenakan akurasinya tidak berbeda jauh dengan pemeriksaan papsmear yang selama ini telah banyak dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu, atas dasar kemudahan, pemeriksaan kecepatan mendapatkan hasil, dan akurasi dari pemeriksaan IVA menyebabkan pilihan deteksi dini kanker serviks menggunakan metode ini sangatlah memadai, terutama untuk negara dengan bentuk kepulauan seperti Indonesia.

Dimulai sejak Ibu Ani Yudhoyono pada tahun 2008 dan 2011 hingga Ibu Iriana Jokowi selaku ibu negara, program IVA telah dicanangkan sebagai program nasional deteksi dini kanker serviks di Indonesia dalam upaya menurunkan angka kejadian kanker serviks. Diharapkan dengan semakin dikenalnya tes IVA sebagai alat deteksi dini kanker serviks, memberikan kesempatan yang lebih besar kepada perempuan Indonesia untuk berkesempatan memeriksakan kesehatan serviksnya. Perempuan yang sehat merupakan bekal pembentuknya generasi sehat dan kuat. Oleh karena itu, cuka yang tadinya hanya sekedar bumbu dapur guna menambah cita rasa, kini sudah dapat bermanfaat untuk menyelamatkan perempuan dari bahaya kanker serviks. (AI)